MAKALAH
DASAR – DASAR PENDIDIKAN
“SEBUAH IKHTIAR PENGEMBANGAN MANUSIA”
Dosen Pengampu : Dr. Mukhamad Ilyasin,M.Pd dan
KELOMPOK II:
Fitria Nur Fahima
Elwar Nuer Rahmansyah
Miya Nur Andina
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SAMARINDA
2013
Kata Pengantar
بسم الله الرّحمن الرّحيم
Alhamdulillah alahmdulillahirabbil‘alamin
Segala Puji bagi Allah yang memberikan segala rahmat dan hidayahNya sehingga
kami dapat menyelesaikan Makalah ini.
Makalah dasar-dasar pendidikan ini menjelaskan
tentang Sebuah ikhtiar pengembangan manusia, bagaimana manusia mengembangkan
potensinya.
Dan apabila dalam makalah ini terdapat
kekurangan atau kesalahan kami mengharapkan evaluasi yang bersifat konstruktif
guna perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi yang membaca. Aamiin
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikhtiar pengembangan manusia tidak lain membahas tentang usaha manusia
dalam mengembangkan dirinya baik dari
segi jasmani maupun rohani. Manusia merupakan makhluk Allah yang paling
potensial. Berbagai macam potensi yang dimiliki manusia memungkinkan dirinya
sanggup meningkatkan kualitas sumber daya dirinya pada peradaban, karena
manusia memiliki anugerah yang tidak dimiliki oleh makhluk – makhluk Allah
lainya berupa “akal”.
Dengan akal tersebut manusia dapat melebihi makhluk Allah lainya , walaupun
dengan segala keterbatasan panca
inderanya. contohnya saja : “seekor gajah dengan segala kekuatanya mampu
mengangkat beban yang berat di atas pundaknya, sedangkan manusia tidak mungkin
mampu melakukan hal tersebut dengan keterbatasan fisiknya, akan tetapi manusia dapat
melakuakan hal yang lebih dari seekor gajah dengan menciptakan truk besar yang
mampu mengangkat beban yang lebih berat
dari beban yang dapat diangkat oleh gajah tersebut”. [1]
Dengan demikian, dapat di buktikan bahwasanya manusia memiliki nilai yang
lebih istimewa dari makhluk- makhluk lainya dengan segala pengetahuan dan
pengembangan potensinya.
Akan tetapi potensi – potensi yang terdapat pada diri manusia tersebut
haruslah di olah agar terarah dan berdampak positif bagi kepentingan umat
manusia itu sendiri.
Disini kami akan memaparkan beberapa hal tentang sebuah ikhtiar
pengembangan manusia yang akan dikaji pada makalah ini.
B. Rumusan masalah
Secara garis besar kami, memaparkan beberapa
rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini, berupa :
1. Manusia dan potensinya
2. Faktor – faktor yang menunjang
pengembangan potensi manusia :
a. Pendidikan dan Definisinya
b. Pendidikan forrnal
c. Pendidikan non formal
d. Pendidikan informal
3. Tujuan pengembangan manusia
4. Upaya – upaya pengembangan manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Manusia
dan Potensinya
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan
yang paling potensial. Manusia memiliki berbagai kelebihan dalam dirinya
dibandingkan semua makhluk, karena manusia ialah makluk yang paling sempurna. Berbagai
kelebihan yang manusia miliki memungkinkan manusia itu mengembangkan sumber
daya manusia. Secara biologis manusia tumbuh dari makhluk yang lemah secara
fisik (janin dan bayi) menjadi remaja, dewasa, dan kemudian kembali menurun
kekuatannya dan setelah itu kematianlah yang mengakhiri kehidupan manusia.
Manusia juga memiliki potensi mental yang bisa mengembangkan dirinya. Lebih
dari itu manusia juga memiliki kemampuan untuk menghayati berbagai masalah yang
bersifat abstrak seperti simbol-simbol, ucapan dan ungkapan hingga pengenalan
kepada penciptanya. Potensi itu seluruhnya dinilai sebagai pengarahan dari
Penciptanya agar manusia mampu menjalani perannya sebagai hamba Allah dalam
pola dan perilaku yang benar. Dalam bahasa islam, potensi
ini disebut juga dengan fitrah.
Secara garis besar potensi (fitrah) tersebut terdiri dari empat potensi
utama yang secara otomatis telah Allah anugerahkan, yaitu :
1. Potensi naluriah (hidayat al-gharizziyah)
Potensi naluriah ini merupakan sebuah dorongan
yang sifatnya primer yang berfungsi untuk memelihara keutuhan dan kelanjutan
hidup manusia. Diantara golongan tersebut adalah berupa instink untuk
memelihara diri, seperti makan, minum, penyesuaian tubuh terhadap lingkungan
dan sebagainya. Dorongan ini berguna bagi manusia agar eksistensinya terjaga
supaya tetap hidup. kemudian dorongan yang kedua, yaitu dorongan untuk mempertahankan
diri. Bentuk dorongan ini dapat berupa nafsu marah, bertahan atau menghindar
dari gangguan yang mengancam dirinya baik oleh sesama makhluk maupun oleh
lingkungan alam. Dorongan mempertahankan diri berfungsi untuk memelihara
manusia dari ancaman dari luar dirinya. Realisasi berupa karya busana,
senjata,tempat tinggal, dan sebagainya. Adapun orang ketiga, berupa dorongan
untuk mengembangkan jenis. Dorongan ini berupa naluri seksual. Manusia pada
tahap pencapaian fisik (dewasa) menjadi tertarik pada lawan jenisnya. Dengan
adanya dorongan ini manusia dapat mengembangkan jenisnya dari satu generasi ke
generasi lainnya. Ketiga macam dorongan tersebut melekat pada diri manusia
secara fitrah, diperoleh tanpa harus melalui proses belajar. Karena itu, dorongan
ini disebut dengan dorongan naluriah. Dorongan yang siap pakai sesuai dengan
kebutuhan dan kematangan perkembangannya.
2. Potensi Inderawi (Hidayat Al Hissiyat)
Potensi Inderawi erat kaitannya dengan peluang
manusia untuk mengenal sesuatu diluar dirinya. Melalui alat indera yang
dimilikinya, manusia dapat mengenal suara, cahaya, warna, rasa, bau, dan aroma
maupun bentuk sesuatu (Al-Jamaly : 1981). Jadi, indera berfungsi sebagai media
yang menghubungkan manusia dengan dunia di luar dirinya. Potensi inderawi yang
umum dikenal terdiri atas indera penglihat, pencium, peraba, pendengar, dan
perasa. Namun di luar itu masih ada sejumlah alat indera dalam tubuh manusia
yang difungsikan melalui pemanfaatan alat indera yang sudah siap pakai seperti
mata, telinga, hidung, kulit, otak maupun fungsi syaraf.
3. Potensi Akal (Hidayat al-aqliyyat)
Berbeda dengan dua potensi di atas, potensi
akal ini hanya dimiliki manusia. Adanya potensi ini menyebabkan manusia dapat
meningkatkan dirinya melebihi makhluk-makhluk lain ciptaan Allah. potensi akal
memberi kemampuan kepada manusia untuk memahami simbol-simbol, hal-hal yang
abstrak, menganalisa, membandingkan maupun membuata kesimpulan dan akhirnya
memilih maupun memisahkan yang benar dari yang salah (Anharuddin : 1987).
Kemampuan akal mendorong manusia berkreasi dan berinovasi dalam menciptakan
kebudayaan serta peradaban.
Manusia dengan kemapuan akalnya mampu menguasai ilmu pengetahuan dan
tekhnologi, mengubah serta merekayasa lingkungannya menuju situasi kehidupan
yang lebih baik, aman dan nyaman.
4. Potensi Keagamaan (Hidayat al-diniyyat)
Pada diri manusia sudah ada potensi keagamaan,
yaitu dorongan untuk mengabdi kepada sesuatu yang dianggapnya memiliki
kekuasaan yang lebih tinggi. Dorongan untuk mengabdi ini terangkum dari berbagai
macam unsur emosi seperti perasaan kagum, perasaan ingin dilindungi, perasaan
tidak berdaya, perasaan takut, perasaan bersalah dan lain sebagainya. Gejala-gejala
emosional ini mendorong manusia untuk memuja sesuatu yang dinilainya dapat
menetralisasi perasaan - perasaan tersebut (Langguung : 1989). Pada masyarakat
primitif, fenomena ini ditampilkan dalam bentuk pemujaan pada benda - benda
alam yang bersifat konkret. Sebaliknya pada masyarakat maju, terkadang terjadi
pergeseran ke hal - hal yang lebih abstrak. Dalam kasus - kasus seperti di atas
terlihat bahwa bagaimanapun sederhananya peradaban manusia, dorongan untuk
mengabdi dan tunduk kepada sesuatu yang dianggap adikuasa tetap ada. Dalam
pandangan filsafat pendidikan Islam dorongan tersebut merupakan fitrah (QS.30:39).
Dorongan ini adalah bagian dari faktor intern (bawaan sejak lahir) sebagai
anugerah Allah.[2]
B. Sarana penunjang pengembangan
potensi manusia
1. Pendidikan dan Definisi
Untuk memberi pemahaman akan
batasan pendidikan, berikut ini dikemukakan
sejumlah batasan pendidikan yang dikemukakan para ahli yaitu :
Pendidikan ialah pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan
dan sepanjang hidup. Serta pendidikan
dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan disekolah sebagai
lembaga pendidikan formal (mudyahardjo, 2001:6)[3]
Menurut Abdullah Nasih Ulwan pendidikan bukanlah sekedar upaya memanusiakan
manusia tetapi dengan jelas dan rinci ia menyebutkannya sebagai upaya membina
mental, melahirkan generasi, membina umat dan budaya serta memberlakukan
prinsip-prinsip kemuliaan dan peradababan. Tujuannya pun sangat jelas yaitu
untuk merubah umat manusia dari kekacauan menuju cahaya tauhid, ilmu, hidayah
dan pemantapan sebagai mana firman Allah SWT. [4]
2. Pendidikan formal
Pada saat ini Pendidikan merupakan
sebuah dasar yang paling penting bagi umat manusia di seluruh penjuru dunia,
tidak ada satupun negara di dunia menganggap remeh akan pendidikan. Karena
tidak ada pemimpin yang ingin
masyarakatnya menjadi terbelakang dalam
pengembangan manusia .
Perkembangan pendidikan
manusia akan berpengaruh terhadap dinamika
sosial –budaya masyarakatnya. Sejalan dengan itu, pendidikan
akan terus mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kebudayaan.
Dan pendidikan formal itu pengertianya adalah : “ Pendidikan yang di
selenggarakan di sekolah – sekolah pada
umumnya . Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai
dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.[5]
Pendidikan formal memiliki beberapa
unsur dalam penyelenggaraannya, yaitu :
·
Pendidik
·
Peserta didik
·
Materi atau
ilmu
·
Kurikulum
·
Tujuan
·
Interaksi
·
Lembaga
Berbicara
tentang pendidikan tidak terlepas dari
proses belajar mengajar, adapun tujuan utamanya menguasai materi
pelajaran adalah mengembangkan kemampuan intelektual atau pengembangan aspek
kognitif. Perkembangan kemempuan intelektual biasanya diukur dari sejauh mana
individu dapat mengungkapkan kembali materi pelajaran.[6]
Dan menurut
Aristoteles, “ terdapat dua jenis kebajikan intelektual dan kebajikan moral.
Kebajikan intelektual berasal dan di kembangkan lewat pengajaran, sedangkan
kebajikan moral terjadi sebagai akibat dari kebiasaan.[7]
Pendidikan formal tidak dapat berjalan dengan baik bila tidak di barengi dengan
pendidikan non formal dan informal. Berikut ini
akan di bahas di halaman selanjutnya.
3. Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis
diluar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan
bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk
melayani peserta didik tertentu didalam mencapai tujuan belajarnya. Pendidikan
nonformal ini paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar,
contohnya TPA (Taman Pendidika Al-qur’an) yang banyak terdapat disetiap masjid
dan sekolah pada hari minggu yang terdapat disemua gereja.
Selain itu ada juga berbagai kusus seperti: kursus musik, kursus dalam
bidang olahraga, bimbingan belajar dan sebagainya. Program-program pendidikan
non formal yaitu : pendidikan kesetaraan A,B,C, pendidikan anak usia dini (PAUD),
magang, dan sebagainya.[8]
4. Pendidikan Informal
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang
pertama dan utama bagi setiap individu (manusia). Pendidikan keluarga lebih
menekankan pada aspek moral / pembentukan kepribadian daripada pendidikan untuk
menguasai ilmu pengetahuan. Dasar dan tujuan penyelenggaraan pendidikan
keluarga bersifat individual, sesuai dengan pandangan hidup keluarga masing –
masing, sekalipun secara nasional bagi keluarga – keluarga bangsa Indonesia
memiliki dasar yang sama, yaitu Pancasila.[9] Di
dalam mendidik anak, orang tua terkadang lebih mendominasi anaknya berdasarkan
pada kaidah-kaidah agama dan menekankan proses pendidikan agama tersebut dengan
tujuan untuk menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang sholeh agar senantiasa
bertakwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Adapula keluarga yang dasar
dan tujuan penyelenggaraan pendidikannya berorientasi kepada kehidupan sosial
ekonomi kemasyarakatan untuk menjadikan anak-anaknya orang yang produktif dan
bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Dan dikatakan pula dalam hadist kitab
sabulussalam dari ‘Abdullah bin ‘Amar bin ‘Ash ra. Rasulullah Sallalahu ‘alaihi
wasallam bersabda :
رضى الله في الوالدين و سخط الله فى سخط
الوالدين
Terjemahanya ialah “ keridhoan Allah terletak
pada keridoan orang tua dan murka Allah terletak pada kemurkaan kedua orang
tua. [10]
Anak dan remaja didalam keluarga berkedudukan sebagai anak didik dan orang
tua sebagai pendidiknya. Banyak corak atau pola penyelenggaraan pendidikan keluaga, yang secara garis besar
dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu pendidikan otoriter, dalam
artian anak-anak senantiasa mengikuti apa yang telah digariskan oleh orang
tuanya, sedangkan yang bercorak liberal, dalam artian anak-anak dibebaskan
untuk menentukan tujuan dan cita-citanya. Kebanyakan keluarga di Indonesia
mengikuti corak pendidikan yang demokratis. Makna pendidikan yang demokratis
itu oleh Ki Hadjar Dewantara dinyatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan
itu hendaknya ing ngarsa sung tulad,
ing madya mangun karsa, Tut Wuri Handayani,
Yang artinya : di depan memberi contoh, ditengah membimbing, dan dibelakang
memberi semangat.[11]
Selain pentingnya pengembangan pendidikan
bagi kehidupan manusia, lingkungan masyarakat pun ikut berpengaruh
terhadap manusia itu sendiri, karena nilai – nilai kehidupan merupakan norma –
norma yang berlaku dalam masyarakat atau prinsip – prinsip hidup yang menjadi
pegangan seseorang dalam hidupnya , baik sebagai pribadi maupun sebagai warga
negara. Sedangkan moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan individu
terhadap sesuatu hal. Keterkaitan antara lain moral dan sikap tampak dalam
pengamalan nilai – nilai. Pengenalan, penghayatan terhadap nilai – nilai,
berdasarkan moral yang dimiliki akan terbentuk sikap dan di wujudkan dalam
tingkah laku yang mencerminkan nilai – nilai yang di anut.
Upaya – upaya yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan nilai, moral,
dan sikap remaja adalah menciptakan komunikasi di samping memberi informasi dan
remaja diberi kesempatan untuk berpartisispasi untuk aspek moral, serta
menciptakan sistem lingkungan yang serasi atau kondusif.[12]
C. Tujuan pengembangan manusia
Apa
tujuan pengembangan manusia? tidak lain agar dapat meningkatkan sumber daya manusia (bekerja ),
dan meningkatkan kualitas pengetahuan (intelektual) . mengapa demikaian ?
karena pada hakikatnya manusia selalu ingin tahu, atas dasar inilah maka manusia senantiasa
terus belajar, mencari tahu banyak hal. Banayak bangsa yang mengikuti prinsip
pendidikan (belajar) seumur hidup, yang artinya adalah manusia itu senantiasa
terus belajar sepanjang hayatnya.
Kehidupan
pendidikan merupakan pengalaman proses belajar yang dihayati sepanjang hidupnya
, baik di dalam jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Berkaitan engan
perkembangan peserta didik, kehidupan pendidikan yang di maksud baik yang
dialami oleh remaja sebagai peserta didik di dalam lingkungan keluarga,
sekolah, dan atau kehidupan masyarakat. Sedang kehidupan karier merupakan
pengalaman seseorang di dalam dunia kerja. Peristiwa seseorang remaja masuk ke
dunia kerja itu merupakan awal pengalamanya dalam kehidupan berkarya
(berkarier). Pada hakiakatnya kehidupan anak (remaja) di dalam pendidikan
merupakan awal kehidupan kariernya . baik di dalam kehidupan pendidikan maupun
kehidupan karir, para remaja memeperoleh pengalaman yang menggambarkan adanya
pasang surut kehidupanya dalam proses pengembangan.[13]
D. Upaya pengembangan kehidupan individu (manusia)
Kehidupan
individu (manusia) merupakan rangkaian proses pertumbuhan dan perkembangan
perlu dipersiapkan dengan baik. Untuk itu perlu dilakukan pembiasaan dalam hal
:
a. Hidup sehat dan teratur serta pemanfaatan waktu secara baik.
Pengenalan dan pemahaman nilai dan moral
yang berlaku didalam kehidupan perlu ditanamkan secara benar
b. Mengerjakan tugas dan pekerjaan praktis sehari-hari secara mandiri dengan
penuh tanggung jawab
c. Hidup bermasyarakat dengan melakukan pergaulan dengan sesama, terutama
dengan teman sebaya. Menunjukkan gaya dan pola kehidupan yang baik sesuai
dengan kultur yang baik dan dianut oleh masyarakat yang baik
d. Cara-cara pemecahan masalah yang dihadapi. Menunjukkan dan melatih cara
merespon berbagai masalah yang dihadapi
e. Mengikuti aturan kehidupan keluarga dengan penuh tanggungjawab dan disiplin
f. Melakukan peran dan tanggungjawab dalam kehidupan berkeluarga. Didalam
keluarga perlu dikembangkan sikap menghargai orang lain dan keteladanan
Disamping perlu diciptakan suasana keteladanan
oleh pihak-pihak yang berwewenang seperti orang tua didalam kelurga, guru
disekolah, dan tokoh masyarakat dalam kehidupan sosial. Dalam suasana ini yang
perlu ditonjolkan antara lain adalah sifat sportif dan kejujuran, berjuang
keras dengan berpegang pada prinsip yang maton(dapat dipercaya).[14]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
·
Secara fitrah manusia memilki 4 potensial dari
Allah yaitu :
1. Potensi naluriah
2. Potensi inderawi
3. Potensi akal
4. Potensi keagamaan
·
Pengembangan manusia secara mendsar di tunjang
oleh 3 hal yaitu:
1. pendidikan formal
2. pendidikan non formal
3. pendidikan informal
·
Tujuan manusia dalam pengembanganya tidak lain
untuk mendapatkan pendidikan (belajar)
dan untuk mengolah sumber daya manusia (bekerja).
DAFTAR
PUSTAKA
Sahertian,Piet
A , Konsep Dasar & Teknik SUPERVISI PENDIDIKAN Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia , Jakarta
; PT Rineka Cipta, 2000
Sunarto ,
Hartono Agung , Perkembangan Peserta Didik, Jakarta ; PT Rineka Cipta,
2002
Ilyasin
Muhammad, Seni Mendidik Dalam Pendidikan , Yogyakarta ; Absolute Media,
2011
Suryabrata
Surmadi , Psikologi Pendidikan, Jakarta ; PT Raja Grafindo Persada, 1995
Nashih
Abdullah , Pendidikan Sosial Anak , Bandung ; PT Remaja Rosdakarya ,
1996
Kohlberg, Lawrence, Tahap – Tahap
Perkembangan Moral, Yogyakarta ; Kanisius, 1995
Barnadib, Sutari Imam, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Yogyakarta; Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) IKIP,1989
http://www.ejournal.stainpurwokerto.ac.id,
18 September 2013
http://www. duniacipleks.blogspot.com, 18
september 2013
[1] Said Husin, dalam penyampaian materi
Metodologi Studi Islam, Rabu 11 September 2013
[8] http /// :
duniacipleks.blogspot.com, di akses pada
hari rabu 18 september 2013
[9] Sunarto, Agung,Hartono, Perkembangan
Peserta Didik,(Jakarta; PT Rineka Cipta, 2012) h.193.
[10]
Abdullah Nashih Ulwan, ” Pendidikan Sosial
Anak”, (Bandung; PT Remaja Rosda Karya,1996), h.34
[11] Ibid. H.99
[12]
Barnadib, Sutari Imam, Pengantar
Ilmu Sistematis, (Yogyakarta;Fakultas Ilmu Pendidikan(FIP)IKIP,1998) h.
122.
[13]
Sunarto, Agung Hartono, Perkembangan
Peserta Didik, (Jakarta; PT Brineka Cipta, 2012) h. 191.
[14]
Ibid, h. 190.