27 Nov 2013

Ikhtiar pengembangan manusia

Diposkan oleh Unknown di 22.22 0 komentar


MAKALAH
DASAR – DASAR PENDIDIKAN
“SEBUAH IKHTIAR PENGEMBANGAN MANUSIA”
Dosen Pengampu : Dr. Mukhamad Ilyasin,M.Pd dan
KELOMPOK II:
Fitria Nur Fahima
Elwar Nuer Rahmansyah
Miya Nur Andina



JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SAMARINDA
2013

Kata Pengantar
بسم الله الرّحمن الرّحيم
Alhamdulillah alahmdulillahirabbil‘alamin Segala Puji bagi Allah yang memberikan segala rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini.
Makalah dasar-dasar pendidikan ini menjelaskan tentang Sebuah ikhtiar pengembangan manusia, bagaimana manusia mengembangkan potensinya.
Dan apabila dalam makalah ini terdapat kekurangan atau kesalahan kami mengharapkan evaluasi yang bersifat konstruktif guna perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca. Aamiin



                                                                                             Penulis,









BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ikhtiar pengembangan manusia tidak lain membahas tentang usaha manusia dalam mengembangkan dirinya  baik dari segi jasmani maupun rohani. Manusia merupakan makhluk Allah yang paling potensial. Berbagai macam potensi yang dimiliki manusia memungkinkan dirinya sanggup meningkatkan kualitas sumber daya dirinya pada peradaban, karena manusia memiliki anugerah yang tidak dimiliki oleh makhluk – makhluk Allah lainya berupa “akal”.
Dengan akal tersebut manusia dapat melebihi makhluk Allah lainya , walaupun dengan segala keterbatasan  panca inderanya. contohnya saja : “seekor gajah dengan segala kekuatanya mampu mengangkat beban yang berat di atas pundaknya, sedangkan manusia tidak mungkin mampu melakukan hal tersebut dengan keterbatasan  fisiknya, akan tetapi manusia dapat melakuakan hal yang lebih dari seekor gajah dengan menciptakan truk besar yang mampu mengangkat beban yang lebih berat  dari beban yang dapat diangkat oleh gajah tersebut”. [1]
Dengan demikian, dapat di buktikan bahwasanya manusia memiliki nilai yang lebih istimewa dari makhluk- makhluk lainya dengan segala pengetahuan dan pengembangan potensinya.
Akan tetapi potensi – potensi yang terdapat pada diri manusia tersebut haruslah di olah agar terarah dan berdampak positif bagi kepentingan umat manusia itu sendiri.
Disini kami akan memaparkan beberapa hal tentang sebuah ikhtiar pengembangan manusia yang akan dikaji pada makalah ini.
B.     Rumusan masalah
Secara garis besar kami, memaparkan beberapa rumusan masalah  dalam pembahasan  makalah ini, berupa :
1.      Manusia dan potensinya
2.      Faktor – faktor  yang menunjang pengembangan potensi manusia :
a.       Pendidikan dan Definisinya
b.      Pendidikan forrnal
c.       Pendidikan non formal
d.      Pendidikan informal
3.      Tujuan pengembangan manusia
4.      Upaya – upaya pengembangan manusia











BAB II
PEMBAHASAN
A.      Manusia dan Potensinya
           Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling potensial. Manusia memiliki berbagai kelebihan dalam dirinya dibandingkan semua makhluk, karena manusia ialah makluk yang paling sempurna. Berbagai kelebihan yang manusia miliki memungkinkan manusia itu mengembangkan sumber daya manusia. Secara biologis manusia tumbuh dari makhluk yang lemah secara fisik (janin dan bayi) menjadi remaja, dewasa, dan kemudian kembali menurun kekuatannya dan setelah itu kematianlah yang mengakhiri kehidupan manusia. Manusia juga memiliki potensi mental yang bisa mengembangkan dirinya. Lebih dari itu manusia juga memiliki kemampuan untuk menghayati berbagai masalah yang bersifat abstrak seperti simbol-simbol, ucapan dan ungkapan hingga pengenalan kepada penciptanya. Potensi itu seluruhnya dinilai sebagai pengarahan dari Penciptanya agar manusia mampu menjalani perannya sebagai hamba Allah dalam pola dan perilaku yang benar. Dalam bahasa islam, potensi ini disebut juga dengan fitrah.

Secara garis besar potensi (fitrah) tersebut terdiri dari empat potensi utama yang secara otomatis telah Allah anugerahkan, yaitu :
1.      Potensi naluriah (hidayat al-gharizziyah)
Potensi naluriah ini merupakan sebuah dorongan yang sifatnya primer yang berfungsi untuk memelihara keutuhan dan kelanjutan hidup manusia. Diantara golongan tersebut adalah berupa instink untuk memelihara diri, seperti makan, minum, penyesuaian tubuh terhadap lingkungan dan sebagainya. Dorongan ini berguna bagi manusia agar eksistensinya terjaga supaya tetap hidup. kemudian dorongan yang kedua, yaitu dorongan untuk mempertahankan diri. Bentuk dorongan ini dapat berupa nafsu marah, bertahan atau menghindar dari gangguan yang mengancam dirinya baik oleh sesama makhluk maupun oleh lingkungan alam. Dorongan mempertahankan diri berfungsi untuk memelihara manusia dari ancaman dari luar dirinya. Realisasi berupa karya busana, senjata,tempat tinggal, dan sebagainya. Adapun orang ketiga, berupa dorongan untuk mengembangkan jenis. Dorongan ini berupa naluri seksual. Manusia pada tahap pencapaian fisik (dewasa) menjadi tertarik pada lawan jenisnya. Dengan adanya dorongan ini manusia dapat mengembangkan jenisnya dari satu generasi ke generasi lainnya. Ketiga macam dorongan tersebut melekat pada diri manusia secara fitrah, diperoleh tanpa harus melalui proses belajar. Karena itu, dorongan ini disebut dengan dorongan naluriah. Dorongan yang siap pakai sesuai dengan kebutuhan dan kematangan perkembangannya.

2.      Potensi Inderawi (Hidayat Al Hissiyat)
Potensi Inderawi erat kaitannya dengan peluang manusia untuk mengenal sesuatu diluar dirinya. Melalui alat indera yang dimilikinya, manusia dapat mengenal suara, cahaya, warna, rasa, bau, dan aroma maupun bentuk sesuatu (Al-Jamaly : 1981). Jadi, indera berfungsi sebagai media yang menghubungkan manusia dengan dunia di luar dirinya. Potensi inderawi yang umum dikenal terdiri atas indera penglihat, pencium, peraba, pendengar, dan perasa. Namun di luar itu masih ada sejumlah alat indera dalam tubuh manusia yang difungsikan melalui pemanfaatan alat indera yang sudah siap pakai seperti mata, telinga, hidung, kulit, otak maupun fungsi syaraf.

3.      Potensi Akal (Hidayat al-aqliyyat)
Berbeda dengan dua potensi di atas, potensi akal ini hanya dimiliki manusia. Adanya potensi ini menyebabkan manusia dapat meningkatkan dirinya melebihi makhluk-makhluk lain ciptaan Allah. potensi akal memberi kemampuan kepada manusia untuk memahami simbol-simbol, hal-hal yang abstrak, menganalisa, membandingkan maupun membuata kesimpulan dan akhirnya memilih maupun memisahkan yang benar dari yang salah (Anharuddin : 1987). Kemampuan akal mendorong manusia berkreasi dan berinovasi dalam menciptakan kebudayaan serta peradaban.
Manusia dengan kemapuan akalnya mampu menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi, mengubah serta merekayasa lingkungannya menuju situasi kehidupan yang lebih baik, aman dan nyaman.

4.      Potensi Keagamaan (Hidayat al-diniyyat)
Pada diri manusia sudah ada potensi keagamaan, yaitu dorongan untuk mengabdi kepada sesuatu yang dianggapnya memiliki kekuasaan yang lebih tinggi. Dorongan untuk mengabdi ini terangkum dari berbagai macam unsur emosi seperti perasaan kagum, perasaan ingin dilindungi, perasaan tidak berdaya, perasaan takut, perasaan bersalah dan lain sebagainya. Gejala-gejala emosional ini mendorong manusia untuk memuja sesuatu yang dinilainya dapat menetralisasi perasaan - perasaan tersebut (Langguung : 1989). Pada masyarakat primitif, fenomena ini ditampilkan dalam bentuk pemujaan pada benda - benda alam yang bersifat konkret. Sebaliknya pada masyarakat maju, terkadang terjadi pergeseran ke hal - hal yang lebih abstrak. Dalam kasus - kasus seperti di atas terlihat bahwa bagaimanapun sederhananya peradaban manusia, dorongan untuk mengabdi dan tunduk kepada sesuatu yang dianggap adikuasa tetap ada. Dalam pandangan filsafat pendidikan Islam dorongan tersebut merupakan fitrah (QS.30:39). Dorongan ini adalah bagian dari faktor intern (bawaan sejak lahir) sebagai anugerah Allah.[2]



B.     Sarana penunjang  pengembangan potensi manusia

1.      Pendidikan dan Definisi
        Untuk memberi pemahaman akan batasan pendidikan, berikut ini   dikemukakan  sejumlah batasan pendidikan yang dikemukakan para ahli yaitu : Pendidikan ialah pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan  sepanjang hidup. Serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan formal (mudyahardjo, 2001:6)[3]
Menurut Abdullah Nasih Ulwan pendidikan bukanlah sekedar upaya memanusiakan manusia tetapi dengan jelas dan rinci ia menyebutkannya sebagai upaya membina mental, melahirkan generasi, membina umat dan budaya serta memberlakukan prinsip-prinsip kemuliaan dan peradababan. Tujuannya pun sangat jelas yaitu untuk merubah umat manusia dari kekacauan menuju cahaya tauhid, ilmu, hidayah dan pemantapan sebagai mana firman Allah SWT. [4]
2.      Pendidikan formal
Pada saat ini Pendidikan  merupakan sebuah dasar yang paling penting bagi umat manusia di seluruh penjuru dunia, tidak ada satupun negara di dunia menganggap remeh akan pendidikan. Karena tidak  ada pemimpin yang ingin masyarakatnya  menjadi terbelakang dalam pengembangan manusia .
Perkembangan pendidikan manusia akan berpengaruh terhadap dinamika sosial –budaya masyarakatnya. Sejalan dengan itu, pendidikan akan terus mengalami perkembangan sesuai dengan  perkembangan kebudayaan. Dan pendidikan formal itu pengertianya adalah : “ Pendidikan yang di selenggarakan di sekolah –  sekolah pada umumnya . Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.[5]
Pendidikan formal memiliki beberapa unsur dalam penyelenggaraannya, yaitu :
·         Pendidik
·         Peserta didik
·         Materi atau ilmu
·         Kurikulum
·         Tujuan
·         Interaksi
·         Lembaga

Berbicara tentang pendidikan tidak terlepas dari  proses belajar mengajar, adapun tujuan utamanya menguasai materi pelajaran adalah mengembangkan kemampuan intelektual atau pengembangan aspek kognitif. Perkembangan kemempuan intelektual biasanya diukur dari sejauh mana individu dapat mengungkapkan kembali materi pelajaran.[6]
Dan menurut Aristoteles, “ terdapat dua jenis kebajikan intelektual dan kebajikan moral. Kebajikan intelektual berasal dan di kembangkan lewat pengajaran, sedangkan kebajikan moral terjadi sebagai akibat dari kebiasaan.[7] Pendidikan formal tidak dapat berjalan dengan baik bila tidak di barengi dengan pendidikan non formal dan informal. Berikut ini  akan di bahas di halaman selanjutnya.

3.      Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis diluar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu didalam mencapai tujuan belajarnya. Pendidikan nonformal ini paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar, contohnya TPA (Taman Pendidika Al-qur’an) yang banyak terdapat disetiap masjid dan sekolah pada hari minggu yang terdapat disemua gereja.
Selain itu ada juga berbagai kusus seperti: kursus musik, kursus dalam bidang olahraga, bimbingan belajar dan sebagainya. Program-program pendidikan non formal yaitu : pendidikan kesetaraan A,B,C, pendidikan anak usia dini (PAUD), magang, dan sebagainya.[8]

4.      Pendidikan Informal

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi setiap individu (manusia). Pendidikan keluarga lebih menekankan pada aspek moral / pembentukan kepribadian daripada pendidikan untuk menguasai ilmu pengetahuan. Dasar dan tujuan penyelenggaraan pendidikan keluarga bersifat individual, sesuai dengan pandangan hidup keluarga masing – masing, sekalipun secara nasional bagi keluarga – keluarga bangsa Indonesia memiliki dasar yang sama, yaitu Pancasila.[9] Di dalam mendidik anak, orang tua terkadang lebih mendominasi anaknya berdasarkan pada kaidah-kaidah agama dan menekankan proses pendidikan agama tersebut dengan tujuan untuk menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang sholeh agar senantiasa bertakwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Adapula keluarga yang dasar dan tujuan penyelenggaraan pendidikannya berorientasi kepada kehidupan sosial ekonomi kemasyarakatan untuk menjadikan anak-anaknya orang yang produktif dan bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Dan dikatakan pula dalam hadist kitab sabulussalam dari ‘Abdullah bin ‘Amar bin ‘Ash ra. Rasulullah Sallalahu ‘alaihi wasallam bersabda :
رضى الله في الوالدين و سخط الله فى سخط الوالدين
Terjemahanya ialah “ keridhoan Allah terletak pada keridoan orang tua dan murka Allah terletak pada kemurkaan kedua orang tua. [10]
Anak dan remaja didalam keluarga berkedudukan sebagai anak didik dan orang tua sebagai pendidiknya. Banyak corak atau pola penyelenggaraan  pendidikan keluaga, yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu pendidikan otoriter, dalam artian anak-anak senantiasa mengikuti apa yang telah digariskan oleh orang tuanya, sedangkan yang bercorak liberal, dalam artian anak-anak dibebaskan untuk menentukan tujuan dan cita-citanya. Kebanyakan keluarga di Indonesia mengikuti corak pendidikan yang demokratis. Makna pendidikan yang demokratis itu oleh Ki Hadjar Dewantara dinyatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan itu  hendaknya ing ngarsa sung tulad, ing madya mangun karsa, Tut Wuri  Handayani, Yang artinya : di depan memberi contoh, ditengah membimbing, dan dibelakang memberi semangat.[11]
Selain pentingnya pengembangan pendidikan  bagi kehidupan manusia, lingkungan masyarakat pun ikut berpengaruh terhadap manusia itu sendiri, karena nilai – nilai kehidupan merupakan norma – norma yang berlaku dalam masyarakat atau prinsip – prinsip hidup yang menjadi pegangan seseorang dalam hidupnya , baik sebagai pribadi maupun sebagai warga negara. Sedangkan moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan individu terhadap sesuatu hal. Keterkaitan antara lain moral dan sikap tampak dalam pengamalan nilai – nilai. Pengenalan, penghayatan terhadap nilai – nilai, berdasarkan moral yang dimiliki akan terbentuk sikap dan di wujudkan dalam tingkah laku yang mencerminkan nilai – nilai yang di anut.
Upaya – upaya yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan nilai, moral, dan sikap remaja adalah menciptakan komunikasi di samping memberi informasi dan remaja diberi kesempatan untuk berpartisispasi untuk aspek moral, serta menciptakan sistem lingkungan yang serasi atau kondusif.[12]

C.     Tujuan pengembangan manusia
          Apa tujuan pengembangan manusia? tidak lain agar dapat  meningkatkan sumber daya manusia (bekerja ), dan meningkatkan kualitas pengetahuan (intelektual) . mengapa demikaian ? karena pada hakikatnya manusia selalu ingin tahu,  atas dasar inilah maka manusia senantiasa terus belajar, mencari tahu banyak hal. Banayak bangsa yang mengikuti prinsip pendidikan (belajar) seumur hidup, yang artinya adalah manusia itu senantiasa terus belajar sepanjang hayatnya.
      Kehidupan pendidikan merupakan pengalaman proses belajar yang dihayati sepanjang hidupnya , baik di dalam jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Berkaitan engan perkembangan peserta didik, kehidupan pendidikan yang di maksud baik yang dialami oleh remaja sebagai peserta didik di dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan atau kehidupan masyarakat. Sedang kehidupan karier merupakan pengalaman seseorang di dalam dunia kerja. Peristiwa seseorang remaja masuk ke dunia kerja itu merupakan awal pengalamanya dalam kehidupan berkarya (berkarier). Pada hakiakatnya kehidupan anak (remaja) di dalam pendidikan merupakan awal kehidupan kariernya . baik di dalam kehidupan pendidikan maupun kehidupan karir, para remaja memeperoleh pengalaman yang menggambarkan adanya pasang surut kehidupanya dalam proses pengembangan.[13]

D.    Upaya pengembangan kehidupan individu (manusia)

          Kehidupan individu (manusia) merupakan rangkaian proses pertumbuhan dan perkembangan perlu dipersiapkan dengan baik. Untuk itu perlu dilakukan pembiasaan dalam hal :
a.       Hidup sehat dan teratur serta pemanfaatan waktu secara baik. Pengenalan  dan pemahaman nilai dan moral yang berlaku didalam kehidupan perlu ditanamkan secara benar
b.      Mengerjakan tugas dan pekerjaan praktis sehari-hari secara mandiri dengan penuh tanggung jawab
c.       Hidup bermasyarakat dengan melakukan pergaulan dengan sesama, terutama dengan teman sebaya. Menunjukkan gaya dan pola kehidupan yang baik sesuai dengan kultur yang baik dan dianut oleh masyarakat yang baik
d.      Cara-cara pemecahan masalah yang dihadapi. Menunjukkan dan melatih cara merespon berbagai masalah yang dihadapi
e.       Mengikuti aturan kehidupan keluarga dengan penuh tanggungjawab dan disiplin
f.       Melakukan peran dan tanggungjawab dalam kehidupan berkeluarga. Didalam keluarga perlu dikembangkan sikap menghargai orang lain dan keteladanan
Disamping perlu diciptakan suasana keteladanan oleh pihak-pihak yang berwewenang seperti orang tua didalam kelurga, guru disekolah, dan tokoh masyarakat dalam kehidupan sosial. Dalam suasana ini yang perlu ditonjolkan antara lain adalah sifat sportif dan kejujuran, berjuang keras dengan berpegang pada prinsip yang maton(dapat dipercaya).[14]


















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
·         Secara fitrah manusia memilki 4 potensial dari Allah yaitu :
1.      Potensi naluriah
2.      Potensi inderawi
3.      Potensi akal
4.      Potensi keagamaan
·         Pengembangan manusia secara mendsar di tunjang oleh 3 hal yaitu:
1. pendidikan formal
2. pendidikan non formal
3. pendidikan informal
·         Tujuan manusia dalam pengembanganya tidak lain untuk mendapatkan pendidikan (belajar)  dan untuk mengolah sumber daya manusia (bekerja).











DAFTAR PUSTAKA
Sahertian,Piet A , Konsep Dasar & Teknik SUPERVISI PENDIDIKAN Dalam Rangka   Pengembangan Sumber Daya Manusia , Jakarta ; PT Rineka Cipta, 2000
Sunarto , Hartono Agung , Perkembangan Peserta Didik, Jakarta ; PT Rineka Cipta, 2002
Ilyasin Muhammad, Seni Mendidik Dalam Pendidikan , Yogyakarta ; Absolute Media, 2011
Suryabrata Surmadi , Psikologi Pendidikan,  Jakarta ; PT Raja Grafindo Persada, 1995
Nashih Abdullah , Pendidikan Sosial Anak , Bandung ; PT Remaja Rosdakarya , 1996
Kohlberg, Lawrence, Tahap – Tahap Perkembangan Moral, Yogyakarta ; Kanisius, 1995
Barnadib, Sutari Imam, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Yogyakarta; Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) IKIP,1989
http://www.ejournal.stainpurwokerto.ac.id, 18 September 2013
http://www. duniacipleks.blogspot.com, 18 september 2013



[1]  Said Husin, dalam penyampaian materi Metodologi Studi Islam, Rabu 11 September 2013
               [2] http://www. ejournal.stainpurwokerto.ac.id, diakses pada hari Rabu 18 september 2013.
[3] Mukhamad Ilyasin, Seni Mendidik Dalam Pendidikan, (Yogyakarta; Absolute Media,2011) h.3.
                [4] Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 16.
                [5]  http /// : duniacipleks.blogspot.com,  di akses pada hari rabu 18 september 2013
[6] [6] Mukhamad Ilyasin, Seni Mendidik Dalam Pendidikan, (Yogyakarta; Absolute Media,2011) h.35.

[7] Lawrence Kohlberg, Tahap –Tahap Perkembangan Moral, (Yogyakarta; Kanisius, 1995). H. 190
[8] http /// : duniacipleks.blogspot.com,  di akses pada hari rabu 18 september 2013
[9] Sunarto, Agung,Hartono, Perkembangan Peserta Didik,(Jakarta; PT Rineka Cipta, 2012) h.193.
[10]  Abdullah Nashih Ulwan, ” Pendidikan Sosial Anak”, (Bandung; PT Remaja Rosda Karya,1996), h.34
[11] Ibid. H.99
[12] Barnadib, Sutari Imam, Pengantar Ilmu Sistematis, (Yogyakarta;Fakultas Ilmu Pendidikan(FIP)IKIP,1998) h. 122.
[13] Sunarto, Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta; PT Brineka Cipta, 2012) h. 191.
[14] Ibid, h. 190.
 

Miya Nur Andina Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea